Senin, 11 Maret 2013

OMONG BESAR

gede

Ada sebuah cerita (dongeng)  soal nyamuk.. Jalan ceritanya  begini: diantara sekian banyak nyamuk ada yang  suka omong besar.

Kata nyamuk yang gemar bicara tinggi : itu manusia sangat menjengkelkan. Bahkan  sangat kejam.  Kita ini hanya mencari makan dan kodrat kita memang  seperti itu, konsumsi kita adalah darah, itu pun hanya sedikit– tidak sampai berliter-liter.Bayangkan, hanya dengan sekali keplak saja dia membunuh kita-kita ini. Ketika tidak mampu dengan cara keplak, maka dia pakai racun nyamuk. Itu manusia ndak sadar kalau kita ini besar jasanya. Coba bayangkan, kalau ada angin ribut, kita-kita ini yang menopang rumahnya sehingga tidak roboh, kita-kita ini yang menopang pohon kayu sehingga tidak mencelakai mereka manusia. Kalau kejengkelanku sudah tak tertahankan maka benar-benar saya akan telan telinganya..

Sebenarnya nyamuk bukan menopang rumah sehingga tidak roboh atau menopang pohon kayu sehingga tidak tumbang. Yang dia lakukan itu hanya sekedar berlindung di belakang rumah dan di samping pohon agar dia selamat oleh tiupan angin. Bukan disebabkan jasanya yang besar, hanya omong besarnya yang kumat . Merasa  berjasa  besar.

Atau menelan telinga manusia ? Itu namanya omongan besar yang tak ada taranya. Misalnya  telinga manusia hanya sebesar nyamuk,  belum tentu dapat ditelan.

Manusia juga kadang dihinggapi penyakit seperti si nyamuk yang pembual, angkuh dan merasa paling banyak jasanya. Merasa paling jago, merasa paling berkontribusi, padahal justru tak ada apa-apanya. Yang dia urus dan pentingkan hanya diri sendiri.  Bukan memberikan kontribusi yang positif, justru kadang kontribusi negatif. Bukan menciptakan keharmonisan, justru perpecahan. Bukan mendorong kemajuan, justru kemunduran.

Nah, siapa mereka itu ? Tentu tidak perlu ditulis, sebab yang namanya tulisan itu kan sifatnya umum, opini, sekedar   sisi pandang. Kalau bersifat umum maka tidak ada unsur pidananya, kalau menulis nama orang, menunjuk hidung, bisa membuat urusan menjadi repot. Ia kan?

Cerita nyamuk omong gede  diatas ada persamaan dengan  sebuah cerita terkait manusia, bukan dongeng tapi benar terjadi.  Sudah sepuluhan tahun  terjadi penyelesaian perang saudara (perang tentara Permesta dengan TNI), telah terjadi perdamaian,  tentara Permesta telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Ada seseorang yang selalu menceritakan kehebatannya, kejagoannya, jasanya dalam peperangan melawan TNI kepada kami para remaja.. Ya, kami tentu sangat terkagum-kagum dengan cerita keberaniannya  itu.

Suatu ketika saya sampaikan tentang cerita kejagoannya kepada paman saya dan bertanya apa paman juga sama seperti dia.

“Ah, ndak benar. Sudah dia itu yang paling duluan masuk lobang persembunyian kalau datang serangan udara lawan. Kalau bertempur dia itu tiarap terus. Kalau sudah aman baru muncul mendongakkan kepala.” Kata paman saya dengan jengkel.

“Mengapa paman tidak menembaknya sebelum bertempur melawan musuh, dari pada bikin susah anggota pasukan. “ kata saya yang direspon paman dengan senyum geli.

Cerita nyamuk omong besar dengan cerita tentara permesta yang lebih banyak masuk lobang perlindangan dan tiarap dari pada bertempur menghadapi musuh menjadi gambaran sebahagian manusia zaman sekarang
Kalau pembangunan pesat dia mengklaim diri sebagai paling berjasa besar. Kalau ada masalah, apalagi kegagalan maka dia lemparkan kesalahan ke orang lain. Kalau kandidatnya berhasil lolos jadi presiden, bupati, wakil rakyat – maka dia yang pertama mengaku paling berjasa. Kalau gagal, orang lain yang dia persalahkan. Enak juga.


oleh Usman Hasan pada 7 September 2012 pukul 23:30 ·


Tidak ada komentar:

Posting Komentar