Negeri Kelabu menyelenggarakan perlombaan tari. Tari yang dipilih untuk diperlombakan adalah tari Pica-pica. Berhubung tari itu sangat populer seluruh dunia sehingga menurut pemerintah di negeri Kelabu, tidak ada salahnya apabila budaya luar yang bernilai positif kita serap untuk memperkaya budaya negeri sendiri.
“Kan kita ini negeri yang kaya dengan seni budaya. Dengan adanya berbagai etnis , mau seni tari apa yang tidak ada di negeri Kelabu.Lebih positif kalau kita menggairahkan seni budaya sendiri ketimbang seni budaya orang lain. Dalam seni budaya asli nenek moyang kita, disana banyak kearifan. Lain halnya apabila memang kita miskin seni tari.” Demikian kritik para pengamat budaya.
“Ya tapi kan tari Pica-pica itu energik, penuh gelora, apalagi diiringi musik berirama “panas”, itu dapat membangkitkan semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme. Jangan anggap enteng itu tari Pica-pica, sedangkan tokoh nasional Megawangi ikut dengan penuh semangat menari pica-pica. Selain itu, tari Pica-pica bermanfaat untuk kesehatan. Dicoba dulu, dengan maju mundur, bergerak kesamping kiri dan kanan, itu kan berupa senam. Bukankah tujuan kita bersama adalah warga yang sehat, seperti sebuah ungkapan, “ dalam badan yang sehat terdapat jiwa sehat.” Demikian argumentasi panitia tari..
“ Soal tubuh sehat juga berjiwa sehat, belum tentu. Mereka yang melanggar hukum, sekarang memenuhi penjara, kan semua berbadan sehat. “ Komentar pengamat.
Masih menurut pengamat budaya, pembangunan negeri ini harus disandarkan pada budaya sendiri. Kalau berbicara moral tentu disandarkan pada budaya, kalau berbicara lebih luas yaitu akhlak maka disandarkan pada agama. Itu saja
Akhirnya, walau mendapat kritikan publik, lomba tari Pica-pica tetap dilaksanakan sesuai dengan rencana. Panitia membagi dalam kelompok A, kelompok B dan kelompok C. Kelompok A mereka dari ibu-ibu mewakili instansi masing-masing, kelompok B dari pemuda dan mahasiswa, dan kelompok C dari pejabat masing-masing instansi. Hadiahnya lumayan. Juara pertama mendapat piala dan uang Rp 25 juta , juara dua mendapatkan piala dan uang Rp 15 juta sedangkan juara tiga mendapatkan piala dan uang Rp 10 juta.
Penonton membanjiri lapangan perlombaan. Karena lagu yang mengiringi lomba Pica-pica sangat “panas” sehingga penonton pun terpengaruh larut dalam acara itu sehingga jadi kacau balau, sudah tidak jelas lagi mana yang peserta lomba dan mana yang penonton . Lumayan membuat bingung panitia, untung saja dapat diatasi. Panitia harus lebih cermat memelototi, mana yang peserta lomba dan mana yang bukan peserta lomba. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar