Negeri Kelabu pernah gemilang dengan gerakan reformasi. Setiap tahun hari kegemilangan nasional itu dirayakan dengan berbagai kegiatan. Ada demo, ada yang mengelar mimbar bebas, ada yang diskusi dan ada pula sekedar mengeluarkan pernyataan sikap.
Nah, dalam sebuah kegiatan mimbar bebas dalam rangka memperingati Hari Reformasi di negeri Kelabu , seorang mantan aktifis mahasisa pelaku reformasi yang kebetulan masih jauh dari kemapanan hidup, berbeda jauh dengan teman-temannya yang sudah licin kelimis, necis parlente, berpidato berapi-api dengan sarat emosi :
Apa itu reformasi? Apa itu “revolusi” yang keluar dari mulut berbusa-busa kalian ?. Hidup rakyat !!! Hidup Mahasiswa !!!!. Apanya yang hidup dan siapa yang hidup. Bukan rakyat yang hidup karena perjuangan kita, tapi kaum oportunis berbau busuk. Rakyat yang kita perjuangkan itu, sekarang mereka dijadikan barang dagangan para kandidat politisi busuk. Rakyat yang kalian perjuangkan itu sekarang sudah menjurus menjadi manusia miskin kapiran. Mereka antri sembako sampai terinjak-injak, antri minyak tanah berjam-jam dimana kondisi seperti itu tidak pernah terjadi di-era orde baru yang kalian sebuat orde bengis pelanggar HAM.
Buruh yang kalian perjuangkan sekarang telah menjadi budak di negerinya sendiri. Dijadikan sekedar barang dagangan. Apa itu semua perjuangan reformasi kalian ? Orde Baru yang kita katakan bengis itu tidak pernah menjadikan buruh sebagai barang dagangan seperti itu.
Apa lagi? Masih adakah yang dapat kalian banggakan ? Itu kalian lihat sendiri kan bagaimana tokoh-tokoh yang katanya menjadi harapan negeri satu persatu masuk penjara dan mereka bukan tokoh tua angkatan 28 dan tokoh tua angkatan 45 dan tokoh angkatan 66, justru dari kaum muda yang kalian banggakan itu, katanya pejuang reformasi, tokoh reformasi.
Dulu kita suruh mundur ABRI dari legislatif. Kalian bilang bahwa kehadiran ABRI di legislatif sebagai penghalang demokratisasi, sumber permasalahan. Setelah ABRI kita usir dari Legislatif, ternyata kan yang ada sekarang ini tidak menjadi lebih baik, bahkan menjadi lebih kacau balau, lebih brengsek, lebih rakus, lebih pembohong . Para pelanggar HAM yang kalian hujat itu, sekarang didekati pula, dijadikan sekutu, rela menjadi “pesuruh” mereka.
Dulu berteriak anti korupsi, pejuang reformasi, pembela rakyat kecil. Sekarang hanya sibuk kesana kemari bagaikan pelacur jalanan masuk keluar instansi loby proyek untuk mengisi “kantong kiri”, menuruti keserakahan harta dunia. Setelah berhasil meraup harta rakyat, merekai habiskan untuk foya-foya diatas penderitaan rakyat yang selalu kita sebut sebagai “ibu”. Sekarang kan kita sudah mengkhianati rakyat yang selalu kita sebut “ibu” dan pengkhianatan apa lagi sebesar pengkhianatan kepada seorang “ibu”.
Mungkin saja ada yang dapat anda banggakan yaitu kebebasan sebagai hasil reformasi. Oke itu benar. Karena negeri ini tidak pernah sebebas sekarang, orang boleh berkata apa saja, boleh mendirikan organisasi, mendirikan LSM, boleh berkumpul, boleh berserikat. Tapi dengan kebebasan justru hanya dijadikan sebagai alat posisi tawar demi kepentingan pribadi, bukan untuk membela rakyat. Kalian lihat itu partai politik, kapan dia mendidik rakyat supaya sadar politik, justru ytang dilakukan adalah mengimingi rakyat dengan selembar uang ratusan ribu, bantuan sarung gajah duduk, bantuan sekilo gula pasir, bantuan kerudung agar memilih kandidatnya, memilih partainya. Apa itu yang namanya pendidikan politik rakyat. Buktinya, rakyat tidak bisa makan kebebasan, makan demokrasi, makan partisipasi. Rakyat perlu makan nasi, perlu sandang, perlu perumahan, perlu pelayanan kesehatan, perlu pendidikan, perlu pelayanan dan perlakuan hukum yanga adil. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar